Kitaambil contoh dalam kehidupan rumah tangga, seperti biaya listrik dan air, biaya anak sekolah, transportasi, biaya makan dan kebutuhan selama satu bulan. Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang lahir, tidak ada sesuatu di atasMu. Engkau-lah yang
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ Arab-Latin Huwallażī khalaqa lakum mā fil-arḍi jamī'an ṡummastawā ilas-samā`i fa sawwāhunna sab'a samāwāt, wa huwa bikulli syai`in 'alīmArtinya Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Al-Baqarah 28 ✵ Al-Baqarah 30 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangTafsir Mendalam Berkaitan Surat Al-Baqarah Ayat 29 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 29 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan tafsir mendalam dari ayat ini. Didapati sekumpulan penafsiran dari beragam pakar tafsir terkait isi surat Al-Baqarah ayat 29, misalnya seperti di bawah ini📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaAllah satu-satunya yang telah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini bagi kalian dari segala jenis kenikmatan yang dapat kalian manfaatkan, kemudian Dia berkehendak menciptakan langit-langit dan menjadikannya tujuh lapisan langit. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan ilmunya Allah subhana wata’ala meliputi seluruh apa yang diciptakan-Nya📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram29. Hanya Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, seperti sungai, pohon dan lain-lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sementara kalian memanfaatkan dan menikmati apa yang telah Allah sediakan untuk kalian. Kemudian Allah menciptakan langit sebanyak tujuh lapis. Dan pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah29. Sebagian kenikmatan Allah bagi kalian wahai manusia, bahwa Dia menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, agar kalian dapat mengambil manfaat darinya, kemudian Dia menciptakan tujuh langit dan menyempurnakan penciptaannya. Dia meliputi segala sesuatu dengan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah29. هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit Yakni sebagai bentuk kemurahan Allah dan kenikmatan dan manfaat untuk bani Adam sampai batas waktu yang telah ditentukan. ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنّ Makna الاستواء secara bahasa adalah naik diatas sesuatu. Sebagaimana firman Allah فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ “Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu…” makna فَسَوّٰىهُنّ adalah menyempurnakan penciptaannya sehingga tidak terdapat kebengkokan padanya.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri SuriahAllah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi, agar kalian dapat mengambil manfaat darinya, yaitu berupa hewan, tumbuhan, benda mati dan lain-lain. Kemudian Allah beristiwa’ sesuai dengan kehendakNya. Istiwa’ adalah naik dan berada di derajat paling tinggi di atas segala sesuatu, kemudian menciptakan tujuh langit dengan sebaik-baik ciptaan sehingga tidak ada penyimpangan di dalamnya. Samawat adalah langit-langit yang diangkat amat tinggi dan memiliki karakteristik berbeda dengan bumi. Sedangkan Sama’ adalah langit yang berhadapan langsung dengan bumi, dan Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui atas segala urusan dan keadaanmu serta segala sesuatu yang diciptakan di bumi dan langit. Ayat-ayat itu secara bertahap menyebutkan awalan dan akhiran, mulai dari penjelasan bukti-bukti risalah sampai kemantapan diri pada keimanan, karena hanya Allahlah yang berkuasa atas penciptaan dan pembangkitan📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahDialah Dzat yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia menuju ke langit} menciptakan langit {lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit}Dia membuat langit menjadi tujuh tingkat langit {Dia Maha Mengetahui segala sesuatuMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H29. Maksudnya, Dia menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini sebagai suatu kebaikan dan kasih sayang untukmu agar dapat di ambil manfaatnya, dinikmati, dan di jadikan pelajaran. Di dalam ayat yang mulia ini merupakan sebuah dalil yang menunjukkan bahwasanya segala sesuatu itu pada dasarnya adalah mubah dan suci, karena disebutkan dalam kerangka suatu anugerah, dengan nash tersebut, maka hal-hal yang kotor tidak termasuk di dalamnya, dan sesungguhnya keharaman hal-hal yang kotor itu pun telah di ambil dari pemahaman utama ayat ini fahwa al-ayat, penjelasan akan maksudnya dan bahwasanya Allah menciptakan-nya untuk kemaslahatan kita. Maka apapun yang ada bahaya nya dalam hal itu, maka tidak termasuk di dalamnya, dan sebagai penyempurnaan nikmatNya, Dia melarang kita dari hal-hal yang kotor demi untuk membersihkan kita. Da firman-Nya " Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit." Kata istawaa’ yang di sebutkan dalam al-Qur’an hadir dengan tiga makna terkadang tidak dijadikan kata kerja muta’addi transitif yang membutuhkan objek dengan huruf, maka berarti kesempurnaan dan kepurnaan. Sebagaimana firman-Nya tentang Musa " Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya," QS. Al-Qoshos 14 Terkadang juga bermakna tinggi dan jauh di atas, hal ini bila kata kerja ini dijadikan kata kerja muta’addi dengan kaliamat 'ala , sebagaimana firman-Nya " Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas Arsy." QS. Thoha 5 " Supaya kamu duduk di atas punggungnya" QS. Az-Zukhruf 13" Dan juga terkadang berarti, bermaksud, sebagaimana bila dijadikan kata kerja muta’addi transitif dengan “ilaa” yaitu kepada, sebagaimana yang ada pada ayat ini. Maksudnya ketika Allah ta’ala telah menciptakan bumi, Dia bermaksud menciptakan langit dan dijadikannya tujuh langit, maka Dia menciptakannya, menyeimbangkannya dan mengukuhkannya, dan Allah MahaTahu akan segala sesuatu, Dia mengetahui apa yang masuk dalam bumi dan apa yang keluar darinya, mengetahui apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya, dan Dia mengetahui juga apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian perlihatkan, dan Dia mengetahui yang rahasia dan yang tersembunyi. Sangat sering sekali Allah menyandingkan penciptaanNya terhadap sesuatu dengan penetapan akan ilmuNya. Karena penciptaan Allah terhadap makhluk-mahkluk adalah dalil yang paling jelas akan pengetahuan, hikmah, dan kekuasaanNya.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا Maknanya mengadakan seluruhnya dari hal yang bermanfaat di bumi semuanya untuk kalian, agar kalian mengambil manfaat dalam kehidupan kalian. ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ Dia naik tinggi ke atas untuk menundukkannya, kemudian Allah membuat tujuh lapis langit. فَسَوَّىٰهُنَّ Allah menyempurnakan penciptaan tujuh lapis langit dengan begitu sempurnanya. وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ Ini berita dari Allah bahwa ilmuNya meliputi segala sesuatu, juga menunjukkan akan kekuasaanNya, keluasan ilmuNya, dan kewajiban untuk beribadah kepadaNya. Makna ayat Bukti kemuliaan dan kekuasaanNya adalah Dia menciptakan segala sesuatu di muka bumi untuk manusia karena ketergantungan hidupnya kepadaNya, dan menciptakan langit dengan tujuh lapisnya. Dialah Allah dengan semua itu ilmunya meliputi segala sesuatu Maha Suci Allah Tidak ada sesembahan kecuali Allah dan tidak ada Rabb selainNya. Pelajaran dari ayat 1. Kehalalan segala hal yang ada di muka bumi berupa makanan, minuman, pakaian, kendaraan, kecuali yang ada dalil spesifik pengharamannya baik dari Al-Qur’an maupun hadits berdasarkan firmanNya “Dialah Allah yang telah menciptakan untuk kamu segala yang ada di bumi semuanya.”📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Baqarah ayat 29 Allah mengabarkan bahwasanya Allah menciptakan segala sesuatu di bumi dari kenikmatan yang bermanfaat karena sebab kalian , kenikmatan tersebut untuk manusia seluruhnya, kemudian Allah menciptakan langit yang baru dan Allah jadikan langit tersebut 7 tingkat serta Allah yang maha tahu atas segalanya ; dan ilmunya mencakup seluruhnya dari makhluk. Berkata Syeikh Ibnu utsaimin ayat ini menunjukkan bahwasanya seluruh apa yang ada di bumi diperbolehkan bagi manusia , kecuali apa yang diharamkan di dalam dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, kamu manfa'atkan, untuk dipakai bersenang-senang dan untuk diambil pelajaran. Dalam ayat ini diambil sebuah ka'idah fiqh bahwa Al Ashlu fil asyaaa'il ibaahah wath thahaarah asal pada segala sesuatu itu boleh dan suci, karena ayat di atas menerangkan bahwa itu semua merupakan pemberian Allah kepada kita, tidak termasuk ke dalamnya hal-hal yang kotor. Dia menciptakan semua yang ada di bumi untuk kita manfa'atkan, oleh karena itu jika ada bahaya di sana tidak termasuk bagiannya, dan termasuk sempurnanya nikmat Allah kepada kita adalah dengan dilarang-Nya juga sesuatu yang kotor dan membahayakan. Sering sekali disebutkan Allah Maha Mengetahui setelah menerangkan penciptaan-Nya, karena penciptaan-Nya menunjukkan ilmu-Nya, hikmah dan kekuasaan-Nya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 29Tuhan yang patut untuk disembah dan ditaati itu dialah Allah yang menciptakan dan memberikan karunia berupa segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatan-Mu, kemudian bersamaan dengan penciptaan bumi dengan segala manfaatnya, kehendak dia menuju ke penciptaan langit, lalu dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit yang sangat beraturan, baik yang tampak olehmu maupun yang tidak. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. Ilmu Allah mencakup segala ciptaan-Nya. Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa nabi adam. Dan ingatlah, wahai rasul, satu kisah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi. Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, apakah engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu' malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian sekumpulan penafsiran dari berbagai ahli tafsir terkait isi dan arti surat Al-Baqarah ayat 29 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi ummat. Support usaha kami dengan memberikan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Yang Terbanyak Dicari Nikmati berbagai konten yang terbanyak dicari, seperti surat/ayat Al-Baqarah 83, Al-Isra 23, An-Nur 2, Ali Imran, Az-Zalzalah, At-Takatsur. Serta Yunus 40-41, Asy-Syams, Al-Baqarah 286, Al-Hujurat 12, Al-Mujadalah 11, Al-Ma’idah 2. Al-Baqarah 83Al-Isra 23An-Nur 2Ali ImranAz-ZalzalahAt-TakatsurYunus 40-41Asy-SyamsAl-Baqarah 286Al-Hujurat 12Al-Mujadalah 11Al-Ma’idah 2 Pencarian surat al baqarah ayat 284-285, surah ar rahman lengkap, 10 ayat tentang menuntut ilmu beserta artinya, maka nikmat tuhan mana lagi yang kamu dustakan, al baqarah ayat 122 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Bolehjadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak.” Dilansir dari tafsirweb, makna dari perang itu sendiri adalah perang antara naluri mengenai hal-hal atau perkara yang disukai atau tidak disukai. Terkadang kita
Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 3 Syawwal 1441 H / 26 Mei 2020 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain ke 16 – Hadits Larangan Marah Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu Pada pertemuan yang lalu telah kita bahas bersama hadits nomor 16, yaitu hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau dengan mengatakan لَا تَغْضَبْ “Jangan engkau marah.” Dan beliau mengulang-ulang redaksi ini. Ini menunjukkan bahwasanya menahan amarah adalah salah satu hal yang prinsip dalam agama kita. Kalau kita bisa wujudkan akhlak ini, maka insyaAllah kita akan meraih kebaikan yang banyak. Yaitu dengan mempelajari akhlak-akhlak Islam, akhlak-akhlak Al-Qur’an, sehingga kita terhindar dari marah. Lihat juga Pengertian Akhlak, Macam-Macam Akhlak dan Dalil Tentang Akhlak Dan jika marah terjadi, maka kewajiban kita adalah menahan diri, menahan amarah, jangan sampai marah tersebut meledak, tapi kita tahan. Diantaranya juga dengan beristi’adzah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau merubah posisi dari berdiri menjadi duduk, dari duduk menjadi berbaring dan semacamnya. Hari ini kita akan mempelajari sebuah hadits agung yang lain, sebuah hadits pokok yang lain dalam agama kita. Yaitu hadits nomor 17 dalam kitab Arbain ini yang merupakan hadits dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu. Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ “إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ”.[رَوَاهُ مُسْلِمٌ]. “Diriwayatkan dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasannya beliau bersabda Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berbuat baik dalam segala sesuatu, maka kalau kalian membunuh hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh dan kalau kalian menyembelih hendaklah kalian memperbaiki cara menyembelih kalian. Dan hendaklah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan binatang sembelihannya.'” HR Muslim Abu Ya’la Syaddad bin Aus Al-Khazraji Al-Anshari Hadits ini adalah hadits riwayat Muslim, otomatis hadits yang shahih. Yang diriwayatkan dari seorang sahabat bernama Abu Ya’la Syaddad bin Aus Al-Khazraji Al-Anshari. Kunyah beliau adalah Abu Ya’la, nama beliau adalah Syaddad, ayah beliau adalah Aus. Al-Khazraji adalah salah satu kabilah penting di kota Madinah, Al-Anshari berarti beliau berasal dari Madinah dan beliau adalah salah seorang sahabat yang mengumpulkan antara ilmu dan ibadah. Beliau dikenal sebagai seorang ulama dan faqih. Juga dikenal dengan banyak ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernah dipilih oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pada masa pemerintahan beliau untuk menjabat sebagai bupati sebuah kota di Syam. Dan beliau wafat pada tahun 58 Hijriyah. Wajib berbuat baik dalam segala sesuatu Dalam hadits ini, beliau meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kita umat Islam untuk berbuat baik dalam segala sesuatu.” Kata “كَتَبَ” dalam hadits artinya adalah mewajibkan. Sebuah kewajiban syar’i, kewajiban agama. Bukan kitabah kauniyah seperti penulisan takdir. Tapi ini adalah mewajibkan suatu urusan agama. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masyhur يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ… “Wahai orang-orang yang beriman telah wajib atas kalian untuk berpuasa yakni pada bulan Ramadhan...” QS. Al-Baqarah[2] 183 Jadi “كَتَبَ” artinya adalah mewajibkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kita untuk berbuat baik dalam segala sesuatu, dalam segala hal; dalam ibadah kita, dalam muamalah kita dengan sesama manusia, dalam urusan pekerjaan kita, semuanya kita diwajibkan berbuat baik dalam hal-hal itu. Contoh berbuat baik Dan kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan beberapa contoh berbuat baik. Jadi di sini berbuat baik maksudnya adalah memperbaiki cara, itu yang dimaksudkan. Kita mengetahui bahwasanya agar amalan kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita membutuhkan atau memenuhi dua syarat; yang pertama adalah menjalankan ibadah itu dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, kemudian yang kedua menjalankan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jadi tidak cukup niat yang baik, tapi caranya juga harus baik. Tidak cukup niat yang ikhlas, tapi ibadahnya juga harus disyariatkan dalam agama kita atau ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini sudah kita pelajari bersama dalam hadits yang pertama, hadits Umar Radhiyallahu Anhu tentang niat. Lihat Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Kemudian syarat yang kedua sudah kita pelajari bersama dalam hadits Aisyah, hadits nomor 5, bahwasanya ibadah kita harus ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lihat Hadits Arbain Ke 5 – Hadits Tentang Bid’ah Sedangkan hadits ini menjelaskan tentang tata cara. Yaitu setelah kita ikhlas dalam niat, setelah kita pastikan ibadah kita ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bukan sebuah ibadah baru yang kita ciptakan sendiri, hadits ini membahas tentang “memperbaiki tata cara ibadah tersebut”. Misalnya dalam shalat, kita harus ikhlas setelah kita pastikan bahwa shalat itu adalah disyariatkan atau diperintahkan dalam agama kita. Hadits ini memerintahkan kita untuk berbuat baik dalam shalat kita. Jadi memperbaiki tata cara shalat kita setelah kita pastikan keikhlasan niat dan kita pastikan shalat ini ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam atau diperintahkan dalam Islam. Maka kita juga harus memeriksa apakah tata cara shalat kita sudah baik, sudah benar? Memperbaiki cara membunuh Jadi kita diperintahkan untuk memperbaiki tata cara ibadah kita, tata cara muamalah kita, tata cara kita bergaul dengan orang lain, ini yang dibahas oleh hadits ini. Makanya diakhir hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat beberapa contoh. Beliau mengatakan فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ “Maka kalau seorang diantara kalian membunuh, maka hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh kalian.” Inilah Islam. Subhanallah.. Yang namanya membunuh, tentunya orang kalau sudah terbunuh ya sudah, dia akan mati, tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi meskipun begitu, agama Islam yang sempurna ini mengajarkan kita adab dalam membunuh. Yaitu membunuh orang-orang yang berhak untuk dibunuh. Seperti yang sudah kita pelajari bersama bahwa ada hal-hal yang membuat orang boleh dibunuh dalam Islam. Misalnya membunuh di medan tempur. Dan ini disepakati oleh umat manusia semuanya bahwa orang yang membunuh di medan tempur dianggap sebagai pahlawan, tidak dianggap sebagai pengecut. Dianggap sebagai pahlawan yang membela agamanya atau membela negaranya. Ada pembunuhan yang boleh dalam agama kita. Juga misalnya membunuh orang yang berhak dibunuh dalam Islam adalah membunuh orang yang keluar dari ajaran agama Islam, murtad. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ “Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” Atau membunuh sebagai qishash membunuh orang yang telah membunuh orang lain tanpa hak يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى… “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu untuk melakukan qishah pada orang-orang yang terbunuh...” QS. Al-Baqarah[2] 177 Atau contoh lain adalah menegakkan hukuman dalam syariat Islam misalnya orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah, hukumannya adalah dirajam. Saat kita membunuh orang yang berhak untuk dibunuh, maka kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara terbaik, menggunakan cara yang paling cepat untuk bisa membuat orang tersebut beres, tidak ketakutan dahulu, tapi lakukan dengan cara terbaik, diantaranya dengan menggunakan alat yang paling cepat untuk mematikan. Islam mengajarkan kita seperti itu. Termasuk diantara adab yang diajarkan dalam pertempuran adalah larangan untuk membunuh bayi, anak-anak, ataupun wanita. dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan فَأَنْكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَتْلَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ “Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengingkari pembunuhan wanita dan anak-anak.” HR. Bukhari dan Muslim Mereka tidak ikut berperang, maka kita dilarang untuk membunuh mereka. Dan saat mensyarah hadits ini, Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan “Dan para ulama sepakat untuk mengamalkan hadits ini dan mereka juga sepakat atas haramnya membunuh wanita dan anak-anak selagi mereka tidak ikut membunuh atau bertempur.” Artinya, hukum dasarnya tidak boleh dibunuh kecuali kalau mereka mungkin masih anak-anak tapi sudah terlatih. Atau ada wanita tapi juga terlatih bahkan menjadi bagian dari pasukan musuh yang barangkali juga memiliki kemampuan lebih baik daripada sebagian tentara pria. Maka yang seperti itu baru boleh untuk dibunuh. Tapi para wanita dan anak-anak yang tidak ikut bertempur, mereka tidak boleh dibunuh dalam agama kita. Juga untuk para wali, para kerabat yang memiliki hak untuk melakukan qishash, mereka juga tidak boleh sembarangan membunuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman …وَمَن قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ ۖ إِنَّهُ كَانَ مَنصُورًا ﴿٣٣﴾ “…Dan barangsiapa yang terbunuh secara terdzalimi, maka Kami telah menjadikan kuasa untuk walinya, maka hendaklah walinya tidak berlebihan dalam membunuh. Sesungguhnya dia ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” QS. Al-Isra'[17] 33 Jadi tidak boleh berlebihan dalam membunuh, misalnya membunuh orang yang tidak membunuh. Dalam agama kita kalau ada orang yang membunuh orang lain dilakukan dengan sengaja tanpa ada hak, maka orang yang membunuh berhak untuk dibunuh. Membunuh dibalas dengna dibunuh. Tapi yang berhak dibunuh adalah orang yang membunuh saja, keluarganya tidak, kepala sukunya tidak. Maka jangan sampai wali yang dibunuh berlebihan dalam membalas seperti yang terjadi pada zaman jahiliyah dahulu. Kalau misalnya ada seorang kepala suku yang terbunuh, sedangkan yang membunuh adalah orang biasa dari kabilah lain, maka ketika si pembunuh ini akan dibunuh, kabilah yang kepala sukunya terbunuh mereka akan protes. Mereka mengatakan “Ini hanya rakyat jelata, yang terbunuh dari kami adalah kepala suku kami. Maka tidak adil, tidak seimbang. Kami menuntut kepala suku kalian juga dibunuh.” Ini adalah sebuah kedzaliman. Kepala sukunya tidak ikut membunuh, tapi kenapa dia yang harus dibunuh. Dalam agama Islam yang seperti ini dilarang. Simak penjelasan selanjutnya pada menit ke-1629 Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga pembahasan hadits berbuat baik ini bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook
Katakata tentang sholat 5 waktu: Ingatkan aku bahwa nanti belum tentu ada, besok belum tentu sampai. Agar candu pada menunda tak lagi merajai, dan umur tak melulu habis pada duniawi. Gapapa main hp, main game, kerja, liburan, dll. tapi ingat jangan meninggalkan kewajibanmu untuk sholat, sekarang taruh hp mu. Sholatlah jika belum.
ALLAH sentiasa membukakan kepada kita pintu untuk menuntut ilmu dan belajar terutama semenjak kemunculan COVID-19. Lebih banyak masa terluang untuk kita dapat manfaatkan. Manusia diciptakan dengan penuh kelemahan, dengan penuh keterbatasan, penuh kehinaan dan kemiskinan. Yang memiliki kekuatan tanpa batas, yang memiliki kemampuan tanpa batas hanyalah Allah sahaja. Advertisement Allah yang menerbitkan matahari dari Timur, dan menenggelamkannya di Barat. Allah yang menciptakan virus-virus dan Dia jugalah yang menciptakan ubat-ubat atau penawar. Maka tidak ada jalan dan cara yang paling terbaik untuk keluar daripada kelemahan diri, kecuali dengan menyerahkan semuanya kepada yang Maha Kuat, kepada yang Maha Kaya, kepada yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Di zaman Nabi Musa ada seorang yang beriman, yang menyembunyikan keimanan dan keislamannya, yang dikenal dengan mukmin ahli keluarganya Firaun. Akhirnya dia bangkit kerana tidak mampu melihat pelbagai penentangan terhadap dakwah Nabi Musa Dia mengajak kaumnya untuk beriman dan menerima dakwah Nabi Musa tetapi akhirnya kaumnya marah, dan mereka merancang untuk menimpakan sesuatu kepada orang yang beriman ini. Di ketika melihat kondisi yang begitu mencengkam, di mana masyarakat yang merupakan kerabatnya sendiri, keluarganya sendiri, ternyata mereka sendiri hendak membunuh keluarganya sendiri. Siapa yang tidak kenal Firaun yang mempunyai bala tentera yang begitu ramainya, yang begitu berani dan kejam menindas dan membunuh bayi-bayi lelaki yang baru lahir. Apa kata Allah Allah ceritakan dalam surah Ghaffir ayat 44 dan 45 فَسَتَذۡكُرُونَ مَآ أَقُولُ لَكُمۡۚ وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ “Kiranya kamu tetap berdegil sekarang maka kamu sudah tentu akan mengetahui kebenaran apa yang aku katakan kepada kamu; dan aku sentiasa menyerahkan urusanku bulat-bulat kepada Allah untuk memeliharaku; sesungguhnya Allah Maha Melihat akan keadaan hamba-hambaNya”. Ghafir 44 فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ “Dengan keikhlasannya dan penyerahan dirinya kepada Allah maka ia diselamatkan oleh Allah dari angkara tipu daya mereka; dan Firaun bersama-sama kaumnya ditimpa azab seksa yang seburuk-buruknya,” Ghafir 45 Orang ini mengatakan bahawa aku serahkan semua urusanku kepada Allah aku sandarkan hidupku kepada-Nya, aku bertawakal kepada-Nya, kerana Allah yang akan mencukupi orang-orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah dan inilah makna tawakal yang hakikatnya menyerahkan semuanya kepada Allah Nabi Muhammad setiap malam tatkala Beliau meletakkan tubuhnya, di atas tempat tidurnya sebelum Beliau memejamkan mata, Beliau berdoa dan membaca doa sebelum tidur, “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku sandarkan belakangku kepada Kekuasaan Mu dengan keinginanku dan ketakutanku kepada-Mu, tiada tempat pergantungan dan tiada tempat untuk menyelamatkan diri daripada-Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab-Mu yang Engkau turunkan dan aku beriman dengan Nabi-Mu yang Engkau utuskan.” Bukhari dan Muslim Doa ini mengandungi unsur yang melepaskan kekuatan seorang hamba dan menyerahkan semuanya kepada Allah Melakukan itu dengan penuh harap dan cemas. Hanya kepada Allah, manusia berharap dan takut. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di waktu tidur kita, mungkin banjir kilat, mungkin ribut yang meruntuhkan atap rumah kita, mungkin kebakaran, mungkin ada rompakkan dan bermacam-macam kemungkinan. Ketidaktahuan kita, seharusnya membuatkan kita menyerahkan semua urusan kita kepada Allah yang Maha Tahu ketidak mampuan kita. Sepatutnya semua ini menjadikan kita termotivasi untuk menyerahkan semuanya kepada Allah Tuhan yang Maha Berkuasa. Nabi sendiri menyerahkan semua urusannya kepada Allah Jadi penyerahan semuanya kepada Allah inilah roh nyawa kepada tawakal itu sendiri. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, mendefinasikan makna dari tawakal itu ialah menyerahkan segala-galanya kepada Allah Ini makam yang terkhusus dari makamnya orang-orang yang kenal Allah Makin engkau kenal Allah semakin engkau menyerahkan segala-galanya kepada Allah Dan Ibnu Qayyum juga mengatakan, Menyerahkan itu adalah rohnya tawakal, isinya hakikat kepada tawakal. Iaitu menyerahkan semua urusanmu kepada Allah dan menyandarkannya kepada Allah dia melakukan itu disebabkan ikhtiar dia, sebagai usaha dia dan memang seharusnya dia berbuat begitu. Jadi seorang hamba ketika dia menyerahkan segala-galanya kepada Allah bukan kerana terpaksa dan sebagainya tetapi memang seharusnya kita sebagai hamba menyerahkan segala-galanya kepada Allah Dan ini adalah sebagai bentuk ibadah dalam langkah kita berikhtiar. Dan Ibnu Qayyim menjelaskan bahawa dia memberikan perumpamaan seperti penyerahan seorang anak bayi yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa yang boleh dijadikan perlindungan, kecuali kepada bapanya. Kenapa? Kerana dia tahu bapanya sayang kepadanya, bapanya peduli kepadanya, bapanya sentiasa ambil tahu ke atasnya, pengurusan bapanya ke atas dirinya lebih baik dari dirinya sendiri. Bapanya mengatur dan membantu apa-apa sahaja urusannya untuk keperluannya sendiri. Tiada orang lain yang lebih mampu, yang lebih baik untuk diserahkan urusannya selain bapanya. Sebab dia tahu siapa bapanya. Maka seperti itu jugalah orang yang bertawakal, di mana dia tidak dapat berlindung kecuali kepada Tuhannya. Jadi menyerahkan segalanya kepada Allah itu bukan kerana terpaksa tetapi memang pilihan kita. Kerana kita tahu dengan keterbatasan kita, semua usaha, semua ikhtiar dan semua sebab yang kita jalani, kita yang melakukannya sendiri tetapi urusannya kita serahkan semuanya kepada Allah Contohnya, seperti orang keluar dari rumahnya, dia pastikan semuanya dalam keadaan baik, pintu rumahnya berkunci, kenderaannya dalam keadaan baik dan dia bergerak dengan lafaz Bismillah dan berdoa, “Dengan nama Allah aku bertawakal kepada-Nya dan tiada daya serta upaya kecuali dengan keizinan Allah Abu Daud dan At-Tirmizi Dengan nama Allah kita serahkan semua urusan hidup kita kepada Allah Kenapa? La hawla wala quwwata illa billah’ tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah dan dengan izin Allah sehingga setiap hari di waktu pagi dan petang, Nabi mengajarkan kita membaca doa ini Maksudnya, “Wahai Tuhan yang tetap hidup, yang kekal memerintah selama-lamanya, dengan rahmat-Nya aku memohon pertolongan. Perelokkanlah bagiku segala urusanku semuanya dan janganlah Engkau biarkan nasibku ditentukan oleh diriku sendiri walaupun sekadar sekelip mata.” Al-Hakim mentashihnya dan disokong oleh Az-Zahabi Kita mesti menyerahkan semua urusan kita kepada Allah kerana Allah tahu. Usaha tanpa bantuan Allah tidak akan menjadi. Nabi ajarkan ini kepada kita, tawakal ini amalan hati. Semua ikhtiar dan usaha kita, seperti bekerja, jaga SOP dan yang lain-lain, ini ikhtiar kita tetapi tawakal kita di dalam hati. Jadi kena disynchronicekan atau diselaraskan antara usaha dan tawakal. Tawakal amalan hati dan usaha, amalan fizikal kita, kedua-duanya mesti seiring. Menyerahkan semuanya kepada Allah merupakan buah dari keimanan. Orang beriman itu, syaratnya mesti serahkan semua urusannya kepada Allah Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 51 قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ “Katakanlah wahai Muhammad “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan dengan kepercayaan itu maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”.” At-Tawbah 51 Ayat ini mengenai musibah. Musibah datang tanpa diundang. Kita tidak menginginkan terkena musibah dan begitu juga kita tidak menginginkan terkena COVID-19, begitu juga kepada frontliners yang terlibat secara langsung dengan urusan dan perawatan penyakit COVID-19. Semua orang tidak ingin terlibat dengan COVID-19. Sudah patuhi pemakaian SOP tetapi kalau masih juga terkena COVID-19 maka serahkanlah segala-galanya kepada Allah Setiap mukmin ada keyakinan di dalam dirinya bahawa tidak menimpa sesuatu kepada kita kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Allah pelindung kita. Jadi di ketika musibah datang kepada kita, kita akan memahami bahawa semuanya ini Allah yang telah menentukannya lalu kita akan bersabar menerimanya dan mencari hikmah di sebaliknya. Cuba lihat dalam surah Al-Maidah ayat 23 …وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ “…dan kepada Allah jualah hendaklah kamu berserah setelah kamu bertindak menyerang, jika benar kamu orang-orang yang beriman.” Al-Ma’idah 23 Tawakal itu bukanlah maksudnya, misalnya dia sudah divaksin 2 kali dan sudah ambil vaksin penggalak, booster, sudah pakai pelitup muka dan lain-lain arahan Kementerian Kesihatan, maka seseorang itu tidak akan dijangkiti wabak. Tetapi tawakal itu di sini bermaksud bahawa yang menyelamatkan dari penyakit ini adalah Allah Sebab itu para doktor dan Kementerian Kesihatan telah menyatakan, walaupun rakyat sudah divaksin bukan jaminan dia akan terhindar dari jangkitan COVID-19. Sebab itu Allah telah jadikan syarat beriman itu, engkau mesti bertawakal kepada Allah seperti yang Allah nyatakan dalam firman-Nya surah al-Maidah ayat 23 di atas. Dan dalam surah Yunus ayat 84 hingga 86 وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوۡمِ إِن كُنتُمۡ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيۡهِ تَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّسۡلِمِينَ “Dan Nabi Musa pula berkata kepada kaumnya “Wahai kaumku! Kalau sungguh kamu beriman kepada Allah, maka hendaklah kamu berserah diri kepadaNya, jika betul kamu orang-orang Islam yang berserah diri bulat-bulat kepada Allah”.” Yunus 84 فَقَالُواْ عَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلۡنَا رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةٗ لِّلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ “Lalu mereka berkata “Kepada Allah jualah kami berserah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami landasan fitnah kesengsaraan bagi kaum yang zalim ganas.” Yunus 85 وَنَجِّنَا بِرَحۡمَتِكَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ “Dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari angkara kaum yang kafir”. Yunus 86 Allah menceritakan mengenai Nabi Musa bersama kaumnya dan kezaliman Firaun kepada mereka. Bagi wanita mengandung, selamat sahaja melahirkan anak lelaki, anak itu akan disembelih. Sehingga kaumnya mengatakan, wahai Musa sebelum kamu datang, kami sudah ditindas dan disakiti oleh Firaun dan selepas engkau datang pun, kami tetap begini juga, tidak berubah. Di Ketika inilah, Nabi Musa menanamkan keimanan ke dalam diri kaumnya. Bahawa segala sesuatu bukan berserah kepada Musa dan lain-lain tetapi kepada Allah seperti dalam ayat di atas, serahkan segala-galanya kepada Allah Apa kata Nabi Musa kepada kaumnya dan Allah nyatakan di dalam al-Quran di atas. Kalau kalian benar-benar beriman serahkan segala-galanya kepada Allah Sinonim dengan maksud Islam itu sendiri iaitu berserah kepada Allah tanpa banyak mengeluh, mengadu, fikiran kacau dan lain-lain. Kalau kalian beriman serahkan segalanya kepada Allah Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Dan Allah lebih mampu untuk memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya kerana Allah Maha Kaya. Ingat! Di ketika lisan mengatakan tawakal, hati mesti menyerahkan segala-galanya kepada Allah Di samping berdoa, bekerja untuk mencari rezki, beraktiviti untuk menjaga kesihatan diri juga keluarga, makan makanan yang sihat tetapi hati mesti menyerahkan semuanya kepada Allah Betapa banyaknya ayat-ayat di dalam al-Quran yang memerintahkan Nabi Muhammad dan manusia untuk bertawakal. Kenapa? Kerana ramai manusia rasa kuat, rasa bijak, rasa mampu untuk melakukan sendiri segala-galanya. Dan ada di kalangan manusia yang ketika berhadapan dengan ujian, musibah dan kesulitan dalam hidup, dia tidak mampu menghadapinya, lalu mengalah dan berputus asa, seolah-olah dia merasakan bebanan musibah ini lebih berat dari kemampuan yang dia ada dan dia lupa untuk menyerahkan semuanya kepada Allah Dalam surah Hud ayat 123 وَلِلَّهِ غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَإِلَيۡهِ يُرۡجَعُ ٱلۡأَمۡرُ كُلُّهُۥ فَٱعۡبُدۡهُ وَتَوَكَّلۡ عَلَيۡهِۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ “Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit dan bumi dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta berserahlah kepadaNya. Dan ingatlah, Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu lakukan.” Hud 123 Semua yang ghaib baik di langit dan di bumi, segala-galanya milik Allah Dan semua apa-apa sahaja ketentuan, kita serahkan kepada Allah dan moga ianya berakhir dengan kebaikan. Jadi apa tugas kita yang sebenarnya?. Allah mengingatkan semua yang ada di dunia ini dan di akhirat kelak mengikut apa sahaja kata Allah Kalau Allah katakan tidak!, maka ianya tidak. Tiada ada sesuatu yang akan dapat merubah keputusan Allah Kalau Allah kata ya!, maka tiada siapa yang dapat menolak akan terjadinya. Jadi sembahlah Dia. Jangan meminta-minta kepada selain daripada Allah Semua urusan di tangan-Nya. Dan bertawakallah kepada-Nya. Tawakal sangat berkait dengan ibadah. Allahlah memiliki dan berkuasa ke atas setiap sesuatu dan kepada-Nya semua makhluk bertawakal. Semua dalam pengetahuan Allah Melata sekarang umat Islam ditindas dan dizalimi di sana sini. Semuanya Allah tahu. Dalam semua ujian, bala’, musibah, Allah mampu menarik semula semuanya itu kembali, seperti Allah pernah tenggelamkan satu dunia dengan banjir besar di zaman Nabi Nuh وَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَيِّ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا “Dan berserahlah engkau kepada Allah Tuhan Yang Hidup, yang tidak mati; serta bertasbihlah dengan memujiNya; dan cukuplah Ia mengetahui secara mendalam akan dosa-dosa hambaNya;” al-Furqan 58 وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِ “Dan berserahlah kepada Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani,” ash-Shu’ara 217 Maka bertawakallah kepada Tuhan yang maha Perkasa dan Penyayang dan menyebut Hasbunallah wani’mal wakil seperti kaumnya Nabi Musa. Kerana manusia itu ketika berbuat sesuatu, dia selalu mengharapkan sesuatu sebagai balasan, apa yang dia akan dapat? Contohnya, doktor berkata kepada pesakitnya, engkau mesti divaksin. Pesakit akan bertanya semula, kenapa harus divaksin dan apa kebaikannya? Lalu para doktor akan menjelaskan bahawa, vaksin COVID-19 mampu melindungi tubuh seseorang dari infeksi virus Corona. Tidak hanya itu, jika kamu terinfeksi virus penyebab COVID-19, vaksin boleh membantu mencegah tubuhmu dari kesan sakit parah atau potensi terkena komplikasi serius. Setelah berusaha, bertawakallah sepenuhnya kepada Allah Impaknya, apa yang kita dapat? 1. Dapat cinta dari Allah Kita cuma seorang hamba yang lemah, hina dan miskin. Rasa kehambaan ini akan menjadikan dirinya semakain rasa sangat memerlukan Allah balasannya, Allah akan semakin cinta dan belas kasihan kepada hamba-Nya ….فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ “… maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepadaNya.” Aal-E-Imran 159 Dan inilah makna realisasi ubudiyah penghambaan yang sempurna kepada Allah Taala “…Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia pergunakan untuk mendengar, pandangannya yang dia pergunakan untuk memandang, tangannya yang dia pergunakan untuk menyerang, dan kakinya yang dia pergunakan untuk berjalan. Dan jika meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya…” Hadis Qudsi, Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 2. Allah akan mencukupkan semua urusan hamba-Nya. Allah akan anugerahkannya ketenangan, kedamaian, tak panik, kemudahan dan bermacam-macam lagi untuk keperluannya. Contoh, ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, Nabi Ibrahim tak panik, cuma mengatakan hasbunallah wani’ma lwakil. Allah sebaik-baik pelindung. Jadi kalau kita tawakal kepada Allah kita akan rasakan kedamaian, ketenangan kerana Allah akan mencukupkan kita. Seperti firman Allah dalam surah At-Talak ayat 3 وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا “Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan Ingatlah, sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya untuk menolong dan menyelamatkannya. Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” At-Talaq 3 Allah telah memberi jaminan pertolongan kepada yang bertawakal. Apakah kita masih meraguinya? Seharusnya ia mesti benar-benar bertawakal dalam semua urusannya. Jika bertawakal, Allah akan selesaikan. 3. Allah akan selamatkan dari syaitan. Kita tahu syaitan itu musuh kita, dan syaitan sentiasa berusaha menguasai kita, mengatur kita, kerana ia ingin mempunyai kawan sebanyak-banyaknya di neraka sana. Salah satu cara untuk menolak dan menjaga diri dari godaan iblis adalah dengan senantiasa berzikir dan meminta bantuan kepada Allah نَّهُۥ لَيۡسَ لَهُۥ سُلۡطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ “Sesungguhnya Syaitan itu tidak mempunyai sebarang pengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan yang berserah bulat-bulat kepada Tuhan mereka.” an-Nahl 99 Bila melihat orang sedang stres kemurungan dari tekanan, resah, kesusahan, putus asa, ingin bunuh diri dan lain-lain, lalu di ketika dalam situasi begini, ada yang akan menyalahkan Allah Ada yang ketika ditimpa musibah lalu mempersoalkan, apa dosaku? Allah tak sayangkan aku? atau adakah Allah telah menzalimi diriku?. Na’zubillah min zaalik. Tetapi bagi orang yang bertawakal kepada Allah apa yang akan terjadi? Allah akan menjagai dan melindunginya dari godaan dan tipu daya syaitan kerana hatinya bergantung kepada Allah Dan Allah sebutkan dalam surah an-Nahlu ayat 99 di atas. Syaitan tidak akan dapat menguasai orang beriman yang bertawakal. 4. Mengusir dari jiwa dan diri kita, rasa keraguan, rasa was-was, perasaan persimis, percaya kepada angka, percaya kepada binatang-binatang tertentu yang membawa sial, angka-angka tertentu, hari-hari tertentu seperti bulan Safar dan banyak lagi kepercayaan khurafat yang ada dalam masyarakat. Bagaimana untuk membuang perasaan ini? Tawakal dengan Allah dan mengucapkan hasbunallah “Sabda Rasulullah “Tiada penularan penyakit, tiada thiyarah, tiada nasib malang pada burung hantu dan tiada musibah pada bulan Safar.”” Hadis Riwayat al-Bukhari Menjadi kebiasaan orang jahiliah mempercayai sial burung yang menentukan nasib baik buruk apabila mereka mahu keluar sama ada untuk berniaga atau bermusafir “Rasulullah menyebut “Sesiapa yang menangguhkan hajatnya kerana mempercayai burung sesungguhnya dia melakukan perkara syirik.”” Hadis Riwayat Ahmad Itulah kepercayaan yang menjadi prinsip akidah umat Islam melalui Rukun Iman keenam iaitu beriman kepada qada’ dan qadar “Katakanlah wahai Muhammad “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan dengan kepercayaan itu maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”.” at-Tawbah 51 “Rasulullah memberi amaran “Menyandarkan keburukan kepada sesuatu ialah syirik dan tidak termasuk ke dalam golongan kami melainkan mereka yang beriman sahaja. Sesungguhnya Allah menghilangkan syirik itu dengan tawakal.” Hadis Riwayat Ibnu Majah 5. Tawakal ini merupakan benteng yang sangat kuat, dalam menghadapi kezaliman orang-orang yang zalim, dalam menghadapi kejahatan orang-orang yang jahat. Dalam menghadapi konspirasi orang-orang yang berniat jahat kepada kita dan umat Islam. Bagaimana kita menghadapinya? Serahkan kepada Allah seperti firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 173 dan 174 لَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ “Mereka juga ialah yang diberitahu oleh orang-orang pembawa berita kepada mereka “Bahawa kaum kafir musyrik telah mengumpulkan tentera untuk memerangi kamu, oleh itu hendaklah kamu gerun kepadanya”. Maka berita itu makin menambahkan iman mereka lalu berkata “Cukuplah untuk menolong kami, dan Ia sebaik-baik pengurus yang terserah kepadaNya segala urusan kami”” Aal-E-Imran 173 فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ “Setelah pergi mengejar musuh, mereka kembali dengan mendapat nikmat dan limpah kurnia dari Allah, mereka tidak disentuh oleh sesuatu bencana pun, serta mereka pula menurut keredaan Allah. Dan ingatlah, Allah mempunyai limpah kurnia yang amat besar.” Aal-E-Imran 174 Allah menceritakan mengenai kisah orang-orang Musyrikin di waktu perang Uhud. Ketika umat Islam telah dikalahkan, mereka pulang kerana telah menang tetapi mereka datang semula untuk memusnahkan seluruh umat Islam. Dan Ketika perang Ahzab, orang-orang Musyirikin, dengan 10,000 kekuatan tentera gabungannya, mereka datang untuk menghancurkan umat Islam dan kota Madinah. Apa yang terjadi kepada Nabi dan para Sahabat? Allah ceritakan hal ini dalam ayat-ayat di atas. Ketika umat Islam ditakut-takutkan dengan kekuatan musuh dan ancaman yang dahsyat, ternyata hal ini menambahkan keimanan para Sahabat. Dan mereka mengatakan, Hasbunallah wani’mal wakil’. Malah musuh-musuh pula yang mendapat musibah dari perancangan mereka sendiri. Cuba fahami kisah Ashabul Ukhdud ini. Kisah anak muda yang menyandarkan dan menyerahkan setiap sesuatunya hanya kepada Allah “Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berkenan dengan kisah Ashabul Ukhdud, dari Shuhaib “Ada seorang raja pada umat sebelum kalian. Dia punya tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah mulai tua, ia berkata kepada raja, “Aku sudah tua, kirimkan kepadaku anak muda agar aku ajari sihir! Maka raja itu pun mengirimkan satu anak muda agar diajari sihir. “Di tengah jalan yang ditempuh anak muda ini, terdapat seorang rahib, maka anak muda itu pun duduk mendengarkan ucapan rahib dan merasa tertarik. Akhirnya tiap datang ke tukang sihir ia singgah kepada rahib untuk belajar darinya, sehingga jika datang ke tukang sihir ia dipukul, maka ia adukan hal itu kepada rahib. Rahib mengatakan, “Jika kamu takut kepada tukang sihir itu, katakan keluargaku menahanku. Dan jika kamu takut pada keluargamu maka katakan tukang sihir menahanku”. “Pada suatu hari yang biasa ia lalui, ada seekor binatang besar yang menghalangi manusia, menutupi jalan. Maka ia berkata dalam hati, ”Hari ini aku tahu apakah tukang sihir yang lebih utama ataukah rahib, ia mengambil batu kemudian berkata, ”Ya Allah jika urusan rahib yang lebih Engkau cintai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang besar ini, supaya manusia boleh melalui jalan itu”. Kemudian ia melempar batu tersebut ke arah binatang tersebut dan binatang itu mati, manusia pun boleh melalui jalan itu. “Kemudian ia datang kepada rahib dan menceritakan kisah tersebut, rahib berkata kepadanya, “Wahai anakku, sekarang kamu lebih baik daripadaku, urusanmu telah mencapai tingkatan seperti yang aku lihat, dan kamu pasti akan mendapat cubaan, jika kamu diuji maka jangan menunjukkan mengenaiku jangan ceritakan aku. “Anak muda ini boleh mengubati orang buta sejak lahir, penyakit kulit serta mengubati manusia dari berbagai penyakit. Orang dekat raja yang buta mendengar mengenai anak muda ini, maka ia mendatanginya dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata, ”Semua ini aku kumpulkan untukmu jika kamu boleh menyembuhkan aku.” anak muda itu menjawab Sesungguhnya aku tidak mampu menyembuhkan siapapun, tetapi Allah yang menyembuhkan, jika kamu beriman kepada Allah, maka aku akan berdoa agar Allah menyembuhkanmu.” “Orang dekat raja itu pun beriman, dan Allah menyembuhkan kebutaannya. Ia datang menghadap raja, duduk sebagaimana biasa, raja bertanya,”Siapa yang menyembuhkanmu?” ia menjawab, “Rabb ku”, raja bertanya, ”Apa kamu punya tuhan selain aku?” ia menjawab “Rabb ku dan Rabb mu”, maka ia menghukum dan menyeksa orang itu hingga ia menunjukkan perihal anak muda tersebut. “Anak muda itu pun dibawa menghadap. Raja bertanya, ”Apakah sihirmu sudah boleh menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, penyakit kulit dan lain-lain?” ia menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang menyembuhkan hanyalah Allah.” Maka anak muda ini dihukum dan diseksa hingga menunjukkan perihal rahib, dan akhirnya rahib itu didatangkan dan diperintahkan, “Kembaliah keluarlah dari agamamu sekarang!” Rahib itu menolak dan diletakkan sebuah gergaji, diletakkan tepat di atas kepalanya, kemudian dibelah hingga terbelah. Kemudian orang dekat raja didatangkan lagi dan dikatakan ”Tinggalkan agamamu!” Dia menolak, maka diletakkan gergaji di atas kepalanya dan dibelah. “Lalu didatangkan lagi anak muda itu dan dikatakan kepadanya, ”Keluarlah dari agamamu!” dan ia menolak, maka raja itu memerintahkan pasukannya untuk membawanya ke puncak gunung, mereka menyeretnya ke puncak gunung,” Jika kalian sudah sampai di puncak gunung, sampaikan kepadanya untuk meninggalkan agamanya. Jika menolak ,maka lemparkan ia ke bawah!” “Mereka membawa anak muda itu ke puncak gunung, sedang ia berdoa ”Ya Allah, cukupkanlah aku dari mereka dengan apapun yang Engkau kehendaki” Gunung bergoncang dan mereka berjatuhan, maka ia berjalan kembali pulang menuju istana raja. Raja bertanya, “Apa yang dilakukan rombongan padamu?” Ia menjawab, “Allah mencukupkan aku dari mereka” “Raja kembali memerintahkan orang-orang untuk membawanya, “Bawalah ia ke dalam sebuah kapal kecil sampan, seret hingga ke tengah laut!” Mereka membawa anak muda itu ke laut dalam sampan kecil, ia berdoa “Ya Allah, cukupkanlah aku dari mereka dengan apa saja yang Engkau mahu” Tiba-tiba kapal mereka terbalik dan mereka tenggelam. Kembali ia berjalan menuju raja. Raja bertanya, ”Apa yang terjadi dengan rombonganmu?” Ia menjawab, ”Allah mencukupkan aku dari mereka” kemudian ia berkata, “Kamu tidak akan bisa membunuhku hingga aku perintahkan kamu” “Raja bertanya, ”Siapa itu?” Ia menjawab, ”Kumpulkan semua manusia dalam satu tempat lapang, salib aku di atas pohon kurma, kemudian ucapkan, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini” lalu lepaskan anak panah itu, jika kamu melakukan itu maka kamu akan bisa membunuhku.” “Raja mengumpulkan rakyatnya dalam tempat lapang, dan anak muda tersebut telah disalib di atas pohon kurma, kemudian ia mengambil anak panah dari tempat anak panah pemuda itu, meletakkannya tepat di tengah busur, kemudian membaca, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini.” kemudian melepaskannya dan anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Anak muda itu meletakkan tangannya di pelipis pada anak panah yang menancap, lalu ia mati. “Orang-orang yang hadir berteriak, ”Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini!” “Raja diberitahu, ”Tahukah anda bahwa apa yang anda takutkan? Demi Allah apa yang anda khuatirkan telah terjadi. Manusia telah beriman kepada Allah.” Maka raja ini memerintahkan untuk menggali parit di mulut-mulut besi. “Maka dibuatlah, kemudian dinyalakan api. Lalu ia berkata, “Siapa yang tidak kembali dari agamanya agama raja maka bakar mereka! Perintah itupun dilaksanakan, hingga giliran Ibu muda dengan bayinya, wanita ini merasa ragu dan takut dilemparkan ke dalam parit yang menyala, maka bayinya berkata “Hai ibu, sabarlah, kerana engkau di atas kebenaran.” “Dalam satu riwayat, “Dibawalah seorang wanita menyusui, dikatakan kepadanya, “Tinggalkan agamamu, jika tidak maka kami akan lempar kamu dan juga bayimu! Ibu itu merasa kasihan dengan bayinya dan berniat hendak kembali dari agamanya agama raja, maka bayi itu berkata kepadanya, “Hai Ibu, tetaplah di atas kebenaran, sesungguhnya jika kembali kepada kekufuran, adalah aib dan kehinaan. Maka mereka melemparkannya juga bayinya ke dalam api.” Hadis Riwayat Muslim Imam Ibnu Qayyim mengatakan, Tawakkal itu di antara sebab terkuat dalam menghadapi gangguan dari orang-orang yang ingin menzaliminya. Segala-galanya diserahkan kepada Allah 6. Orang yang menyerahkan segalanya kepada Allah Allah akan berikan rezeki seperti Allah memberikan rezeki kepada burung. Bagaimana burung, pagi keluar mencari rezeki, Ketika petang dia sudah kenyang. Rasulullah mengibaratkan tawakal seperti perilaku burung وْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُوا خِمَاصاً وَتَرُوْحُ بِطَاناً “Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang hari dalam keadaan kenyang.” Hadis Riwayat Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak dari Umar bin Khathab 7. Mereka yang menyerahkan segalanya kepada Allah akan masuk syurga tanpa hisab. Janji Allah itu benar. Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah Hadis dari Ibnu Abbas dari Nabi bahawa beliau bersabda yang bermaksud “…akan ada yang akan masuk syurga tanpa hisab sejumlah 70,000 orang. Kemudian Nabi masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para Sahabat. Maka para Sahabat pun membicarakan mengenai 70,000 orang itu. Mereka berkata, Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi lalu beliau keluar dan berkata, mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah dimanterai, tidak meramal nasib Takhayul dan kurafat dan tidak melakukan pengubatan dengan cara di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakal.” Hadis Riwayat Bukhari 8270 Kesimpulan Tawakal yang sebenarnya mengikut Ibnu Rajab Rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan Hadis no. 49 mengatakan, Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia mahupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahawa tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata.’ Perhatikanlah firman Allah yang maksudnya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah nescaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” at-Talaq 2-3 Nabi pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu Beliau berkata kepadanya yang bermaksud “Seandainya semua manusia mengambil nasihat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia benar-benar merealisasikan takwa dan tawakal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka.” Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan Hadits no. 49 Wallahu’lam FARIDAH KAMARUDDIN – HARAKAHDAILY 8/12/2021 AllahTak Butuh Ibadah Kita.. Kita Yang Butuh Allah.. “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15) Semua manfaat ibadah yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita. Karena manusia adalah makhluk lemah, miskin dan tak sempurna. Beberapa hari menjelang tahun baru 2021 lalu, saya kedatangan tamu seorang pengusaha pelayaran yang berkonsultasi tentang Usahanya yang Terpukul Akibat COVID-19 sejak April 2020 lalu. Keesokan harinya, secara bersamaan datang pula seorang Ibu pengusaha Logistic & Supply Chain bersama dua orang kawannya yang sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga. Pada dasarnya, baik problem yang dihadapi emak-emak, ibu rumah tangga dan pengusaha itu sama, yakni mewakili keluhan ratusan juta orang di dunia, yakni betapa mencekamnya kehidupan dan babak-belurnya perekonomian umat manusia selama sepuluh bulan terakhir. Bahkan, perekonomian Indonesia pun terpuruk ke jurang resesi. Sehingga, ada yang mengatakan, tahun 2020 adalah tahun yang hilang, tahun ketidakpastian, bahkan lebih seru lagi disebut sebagai tahun yang mengerikan annus horribilis. Tetapi, ada juga yang bergurau, tahun 2020 adalah tahun OTG alias Orang Tanpa Gaji. Disebut demikian, saking banyaknya yang kena PHK. Sementara itu, keluhan pengusaha pelayaran serta ibu pengusaha logistik adalah sama dan barangkali mewakili keluhan dari jutaan orang pengusaha UMKM lainnya. Wabah virus corona, menjadi badai yang sempurna perpect storm yang memporakporandakan perekonomian dunia. Hal ini tak berbeda jauh dengan sektor logistik yang berada sangat dekat terhadap dampak virus corona. Perlu diingat bahwa Tiongkok merupakan global production hub di era perekonomian saat ini. Lumpuhnya sebagian besar ekonomi Tiongkok menyebabkan rantai pasok ke para mitra dagangnya terganggu, termasuk Indonesia. Efeknya menjalar tanpa mengenal batas negara. Maka, pertanyaan para tamu saya itupun pada dasarnya sama, yakni serentetan pertanyaan sebagai berikut, “Apa Kehendak Allah dengan mengizinkan wabah corona terjadi. Apa sesungguhnya pelajaran atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa yang mengguncang dunia, dan bahkan menimbulkan semacam “kepanikan massal” ini?” “Apakah ini peringatan Allah, Rabb Sang Pencipta kehidupan, agar manusia sebagai hamba-hamba dan makhluk ciptaan-Nya, ini sudah lupa dan banyak melakukan penyimpangan, atau karena apa? Ataukah karena ulah manusia itu sendiri yang melakukan coba-coba untuk menjadikan Covid-19 sebagai “senjata biologi” untuk menghancurkan lawan?” Insya Allah, melalui tulisan ringkas ini, sebagai seorang Spiritual Business Consultant, saya ingin berbagi pengalaman dengan para pemirsa dalam menjawab rentetan pertanyaan tersebut di atas. Silakan Anda simak uraiannya sampai selesai. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Allah Menghendaki Agar Kita Berserah Diri Total Pada-Nya Sebagai orang Beriman dan Berakal, dalam menyikapi wabah Virus Corona yang menyerang belahan dunia ini, termasuk dibeberapa wilayah Negara Indonesia ini, haruslah dengan penuh keyakinan bahwa pandemi ini terhadi atas kehendak dan kebesaran Allah swt. Marilah kita ambil hikmah dan pembelajaran di balik wabah Virus Corona ini. Kita harus meyakini, Virus Corona ini merupakan bahagian dari ciptaan Allah swt yang mengandung hikmah dan pelajaran bagi kita selaku hamba-Nya. Di dalam Al Qur’an Allah menjelaskan bahwa “Tidaklah Allah menciptakan/menjadikan sesuatu itu sia-sia melainkan ada hikmahnya” Imran ayat 191. Karena itulah, kita harus menyadari bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini atas kehendak Iradat dan takdir-Nya. Allah pun mempunyai maksud serta hikmah didalamnya. Dan kita sebagai ummat-Nya yang beriman dan mempercayai adanya Qadha dan Qadar, kita harus mencari tahu hikmah atas segala apa yang sudah Allah takdirkan dan melihatnya dengan kacamata keimanan yang kita miliki. Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 269 yang berbunyi “ Allah menganugrahkan Al-Hikmah atau kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang di anugerahkan karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat mengambil dari Firman Allah SWT”. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk juga sebaik-baik akal. Dan kita sebagai umat Islam wajib untuk berpikir dan mengambil hikmah yang terjadi dan hikmah yang tersembunyi dibalik adanya segala sesuatu hal, baik itu yang bersifat terang-terangan atau segala hal yang bersifat tersembunyi. Contohnya adalah wabah virus Corona dan resesi ekonomi yang sedang terjadi diantara kita semua. Hikmah yang paling besar adalah bahwasanya dengan ini kita menjadi semakin sadar bahwa betapa rapuhnya kita dihadapan Kuasa Allah, Sang Pencipta langit, bumi dan seisinya. Disadari atau tidak, selama ini hal utama yang seringkali membawa kita jatuh ke dalam dosa adalah karena sikap kita yang angkuh. Kita merasa bahwa diri kita mampu mengendalikan segala sesuatu. Namun, saat ini, mau tidak mau kita harus mengakui betapa rapuhnya diri kita dihadapan makhluk kecil bernama virus Corona. Pendemi covid -19 sangat menguras tenaga dan fikiran setiap individu karena untuk menjaga nyawa dan bertahan hidup harus berjuang dengan istiqomah dan berserah diri tawakkal kepada Allah SWT tiada henti. Jadi, hikmah terbesar yang dapat kita petik dari berbagai musibah dan kesulitan ekonomi sepanjang tahun 2020 adalah bangkitnya Kesadaran Diri bahwa solusi atas segala masalah dan penyakit yang kita sedang atasi adalah dengan Berserah Diri pada Allah Yang Maha Berkehendak dan Maha Kuasa. Kita tidak pernah tahu apa yang Allah SWT rencanakan untuk kehidupan kita. Akibat ketidaktahuan inilah, tak heran bila banyak peristiwa buruk menimpa kita. “Tidak demikian bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati ”. Al-Baqarah ayat 112. Allahmenghendaki penyerahan diri yang total dan sebagai gantinya Dia akan memberikan kita kekuatan ruhani yang bisa mengubah segala situasi. Penyerahan diri secara total kepada Dia Yang Ilahy akan membawa kita pada kesempurnaan jati diri yang paling paripurna. Karena Allah menciptakan manusia untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan-Nya, bukan tujuan kita sebagai manusia – yang fana. Tawakal, Kunci Keberhasilan Yang Sering Dilalaikan Banyak orang yang salah memahami dan menempatkan arti tawakal yang sesungguhnya. Sehingga tatkala kita mengingatkan mereka tentang pentingnya tawakal yang benar dalam kehidupan manusia, tidak jarang ada yang menanggapinya dengan ucapan “Iya, tapi kan bukan cuma tawakal yng harus diperbaiki, usaha yang maksimal juga harus terus dilakukan!”. Ucapan di atas sepintas tidak salah, akan tetapi kalau kita amati dengan seksama, kita akan dapati bahwa ucapan tersebut menunjukkan kesalahpahaman banyak orang tentang makna dan kedudukan yang sesungguhnya. Karena ucapan di atas terkesan memisahakan antara tawakal dan usaha. Padahal, menurut penjelasan Guru Mursyid kita, Allahyarham, H. Permana Sasrarogawa, Berserah Diri Tawakal adalah bagian dari usaha, bahkan usaha yang paling utama untuk meraih keberhasilan. Imam Ibnul Qayyim berkata “Tawakkal kepada Allah adalah termasuk sebab yang paling kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah akan memberikan kecukupan kepada orang yang bertawakkal kepada-Nya. Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh Allah Ta’ala maka tidak ada harapan bagi musuh-musuhnya untuk bisa mencelakakannya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti dirasakan oleh semua makhluk, seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya maka selamanya tidak akan menimpanya. Maka jelas sekali perbedaan antara gangguan yang secara kasat mata menyakitinya, meskipun pada hakikatnya merupakan kebaikan baginya untuk menghapuskan dosa-dosanya dan untuk menundukkan nafsunya, dan gangguan dari musuh-musuhnya yang dihilangkan darinya.” Berserah Diri atau Bertawakal, pada Allah itu sebenarnya bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Jika manusia terus belajar mengasah dan menempa kehidupannya hanya selalu menghamba pada Pemilik Kehidupan, tingkat kepasrahan dengan yang maha memiliki Kehidupan mengalir begitu saja. Jadi, sesungguhnya berserah diri itu adalah pengejawantahan janji kita dalam shalat “Aku menghadapkan wajahku kepada Rabb yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang orang yang menyekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang orang yang berserah diri.” HR. Shohih Muslim. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” al-An’ām 162. Allah menegaskan dalam firman-Nta “Dan barangsiapa yang bertawakal berserah diri kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya”. [Ath-Thalaq 3]. Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata “Dari segala sesuatu yang menyempitkan menyusahkan manusia.” Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311. Ibnul Qayyim berkata “Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa’at.” Taisirul Azizil Hamidh hal. 503. Jadi, Berserah diri adalah jalan yang terbaik manusia untuk dapat menggapi tujuan hidup dunia dan akhirat, artinya segala sesuatu tentang kehidupan ini di jalani dengan sabar dan iklas, tidak ada sesuatupun yang tidak atas Asma Allah, dan tidak ada sesuatupun yang merasa dimiliki kecuali semua milik Yang Maha Pencipta Allah SWT. Berserah diri berarti menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah Ta'ala, dalam arti luas seluruh aktivitas kehidupan yang mencakup ibadah, hidup dan mati, semua terserah Allah, akan tetapi bukan tidak bergerak dan berupaya apa-apa, justru dengan berserah diri ini menjadi landasan vertikal manusia untuk menjalankan roda kehidupanya atas dasar iman dan ketaqwaannya kepada Yang Maha Esa. az Kasihyang harus seimbang, berusaha agar segala sesuatu seimbang, tidak pernah memberikan lebih banyak atau lebih sedikit kepada orang yang kita kasihi. Semua ini adalah bentuk kasih yang menyimpang dari kasih kristiani. Kasih kristiani, sama seperti kasih Tuhan, adalah kasih tanpa syarat. Diringkas dari: 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID DIxA2osrcAR9llDGNfOKXIFumm_mp03K7_oAAPkB9sHEEY-tKJ8q-A== . 230 99 413 490 18 64 105 466

allah ambil sesuatu dari kita